waktu adalah pedang

Pages

Thursday 14 February 2013

Penyakit Hati


PENYAKIT HATI
Ø  Pengertian Penyakit Hati
Setiap anggota tubuh diciptakan mempunyai fungsi tertentu. Maka ia akan disebut sakit jika tak lagi             memiliki kemampuan untuk melaksanakan fungsinya. Baik secara keseluruhan atau sebagian saja.
Demikian pula penyakit hati, menyebabkan hati tak mampu melaksanakan fungsinya yang khas, yang memang ia diciptakan untuknya. Yaitu pengetahuan, hikmah, ma’rifah, cinta kepada Allah, beribadah untuk dan kepadaNya merasakan kenikmatan ketika mengingatNya serta mengerahkan semua jiwa dan anggota tubuh untuk melaksanakannya.
  Penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Keduanya tersebut ada dalam Al-Qur'an. Allah berfirman, artinya: "Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan bicara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya." (Al-Ahzab:32) Ini yang disebut penyakit syahwat. 
Allah juga berfirman, artinya: "Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." (At-Taubah : 125).
Penyakit di sini adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya.
Setiap manusia tentu memiliki hati. Hati inilah yang mempengaruhi tabiat dan sifat seseorang. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Muhammad saw: “Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad ada sekerat daging, apabila dia baik maka baik seluruh anggota jasad, apabila dia jelek maka jelek semua anggota jasad, ketahuilah dialah hati.” (HR. Bukhori)
Perubahan sifat yang ada dalam hati ini terjadi dengan sangat cepat. Semua itu terjadi semata karena kekuasaan yang dimilii Allah SWT. Dia-lah yang membolak-balikkan hati manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut :
·         “Dinamakan hati (al-qolbu) karena cepatnya berubah.”(HR. Ahmad)
·         “Perumpamaan hati adalah seperti sebuah bulu di tanah lapang yang diubah oleh hembusan angin dalam keadaan terbalik.” (HR. Ibnu Abi Ashim)
·         “Sesungguhnya hati-hati anak Adam berada di antara dua jari-jari Alloh layaknya satu hati, Dia mengubah menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim)
·         “Ya Alloh, Dzat yang membolak-balikkan hati, condongkanlah hati kami untuk selalu taat kepada-Mu.” (HR. Muslim)
Meskipun demikian, kita harus terus berupaya untuk menjaga hati kita agar tidak terkena penyakit hati, yang menyebabkab kita tersesat dari jalan yang diridhoi Allah SWT.
Di antara fungsi hati, menurut Al-Ghazali, adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.. Tuhan berkata dalam sebuah hadis Qudsi: Langit dan bumi tidak dapat meliputi-Ku. Hanya hati manusia yang dapat meliputi -Ku. Dalam hadis Qudsi lain, Tuhan berkata: "Hai anak Adam, Aku telah menciptakan taman bagimu, dan sebelum kamu bisa masuk ke taman ciptaan-Ku, Aku usir setan dari dalamnya. Dan dalam dirimu ada hati, yang seharusnya menjadi taman yang engkau sediakan bagi-Ku."
Hadis ini menunjukkan bahwa fungsi hati adalah untuk mengenal Tuhan, mencintai Tuhan, menemui Tuhan, dan pada tingkat tertentu, melihat Tuhan atau berjumpa dengan-Nya. Hati yang berpenyakit ditandai dengan tertutupnya mata batin kita dari penglihatan-penglihatan ruhaniah.
Demikian pula sebaliknya, penyakit fisik dapat menimbulkan gangguan jiwa. Orang yang sakit terus menerus, sudah berobat ke mana-mana, tetapi belum sembuh, juga bisa mengalami penyakit jiwa. Orang tersebut boleh jadi cepat tersinggung, mudah marah, dan sebagainya.
Salah satu di antara penyakit jiwa adalah perasaan cemas  takut akan sesuatu yang tidak jelas. Ada dua macam ketakutan; Pertama, takut kepada sesuatu yang terlihat, misalnya ketakutan pada harimau. Kedua, takut kepada sesuatu yang abstrak, umpamanya seorang istri yang takut suaminya akan berbuat macam-macam. Para psikolog menyebut ketakutan seperti ini sebagai anxiety.
Ø  Macam-macam Penyakit Hati
1.      Iri Hati
Iri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran.
2.      Dengki
Timbulnya dengki karena iri hati, dan Iri hati sendiri adalah akibat dari kemarahan. Dengki tidak dapat dipisahkan dengan kemarahan. Sebab kemarahan adalah sumber dari kedengkian. Rasulullah bersabda “Dengki itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”.
Dengki itu muncul mkarena adanya kenikmatan dari Allah yang diberikan kepada seseorang. Karena melihat temannya mendapatkan kenikmatan dari Allah swt, maka hatinya timbul kedengkian.
Kedengkian terhadap kenikmatan itu ada dua macam. Kadang-kadang seseorang merasa benci kepada kenikmatan yang dirasakan orang lain. Ia kemudian berharap kenikmatan itu lepas dari tangan orang yang bersangkutan. Sifat yang demikian disebut dengki.
Sedangkan jika seseorang tidak membenci kenikmatan yang dirasakan orang lain, namun ia ingin seperti orang yang mendapatkan kenikmatan, maka hali itu disebut iri atau ghitbhah. Allah swt berfirman “ jika kamu mendapatkan kenikmatan, niscaya bersedih hati dan jika kamu mendapatkan bencana, maka mereka bergembira” QS : Ali Imron
3.      Hasut / Hasud / Provokasi
Hasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama.
4.      Fitnah
Fitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat. x
5.      Buruk Sangka
Buruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas.
6.      Khianat / Hianat
Hianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.
Rasulullah saw bersabda “ Tanda-tanda orang munafik ada tiga : jika berkata ia berdusta, jika dipercaya ia mengingkari, dan jika nerjanji ia berkhianat ”.
7.      Marah
Marah adalah nyala api yang berasal dari neraka Allah SWT. Dinyalakan sampai naik kehatu sehingga sifat marah itu berada dilipatan hati, seperti bara api yang tersembunyi di dalam hati.
Dari ibnu mas’ud ra. Bahwa  suatu ketika rasulullah bertanya kepada para sahabat, “menurutmu, apa orang yang ahli gulat itu?” mereka menjawab,”orang yang tidak dapat dirobohkan oleh musuhnya”. Nabi SAW bersabda , “bukan itu maksudnya, orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan hawa nafsunya ketika marah”
Dari Umar ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda, “barang siapa menahan kemarahannya, maka Allah menutupi keburukannya ”.
8.      Riya’
Orang yang memiliki sifat riya’ akan dilaknat oleh Allah swt dengan kutukan yang sangat keras. Sebagaimana firman Allah “ Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya; orang-orang yang berbuat riya”
Rasulullah saw bersabda, “ Sesungguhnya yang paling kutakuti kepadamu adalah syirik kecil” sahabat bertanya,“ Apakah Syirik kecil itu wahai Rasululluh?”. Rasulullah saw menjawab.  “ Riya”.
Selain itu Rasulullah pernah berpesan dalam hadis lain, “ Berlindunglah kamu dari telaga kesedihan ! ”. Sahabat bertanya, “ apakah itu Wahai Rasulullah? ” Rasulullah saw menjawab, “ yaitu lembah dineraka yang disediakan bagi orang-orang yang membaca Al Qur’an tetapi riya’ ”.
9.      Sombong dan ujub
Sesungguhnya orang yang sombong dan ujub (membanggakan diri sendiri) adalah orang yang sedang menderita penyakit dan akan dikutuk oleh Allah akibat sifatnya itu. Rasulullah bersabda “ Tiga perkara yang dapat membinasakan yaitu kikir yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang pada dirinya (ujub) ”.
Allah swt berfirman : “ Kesombongan itu kain selendangKu, kebesaran itu kain sarungKu. Barang siapa melawan Aku pada kedua sifat itu niscaya Aku pecahkan dia”.
Penyakit hati menimbukan gangguan psikologis dan gangguan psikologis berpengaruh pada kesehatan fisik. Contoh penyakit hati adalah dengki, iri hati, dan dendam kepada orang lain. Dendam adalah rasa marah yang kita simpan jauh di dalam hati kita sehingga menggerogoti hati kita. Akibat dari menyimpan dendam, kita menjadi stres berkepanjangan. Adapun akibat dari iri hati ialah kehilangan perasaan tentram. Orang yang iri hati tidak bisa menikmati kehidupan yang normal karena hatinya tidak pernah bisa tenang sebelum melihat orang lain mengalami kesulitan. Dia melakukan berbagai hal untuk memuaskan rasa iri hatinya. Bila ia gagal, ia akan jatuh kepada frustrasi.
Imam Ali berkata, "Tidak ada orang zalim yang menzalimi orang lain sambil sekaligus menzalimi dirinya sendiri, selain orang yang dengki."
Ø  Tanda-Tanda Penyakit Hati
Penyakit-penyakit hati tersebut dapat diketahui dengan melihat perilaku yang ditampilkan oleh seseorang dalam kesehariannya. Perilaku yang mencerminkan rusak dan sakitnya hati seseorang  diantaranya adalah:
a.       Melakukan kedurhakaan dan dosa
Di antara manusia ada yang melakukan kedurhakaan terus-menerus dalam satu jenis perbuatan. Ada pula yang melakukan dalam beberapa jenis bahkan semuanya dilakukan dengan terang-terangan, padahal Rosululloh bersabda: “Setiap umatku akan terampuni kecuali mereka yang melakukan kedurhakaan secara terang- terangan.” (HR. Bukhori)
b.      Merasakan kekerasan dan kekakuan hati
Keras dan kakunya hati seseorang membuat orang itu tidak memiliki sensitifitas terhadap masalah-masalah yang menimpa saudaranya sesame muslim. Hal ini karena ia tidak akan mampu dipengaruhi oleh apapun juga, dan hanya akan bertumpu pada keinginan pribadinya.
c.       Tidak tekun beribadah
Ketekunan dalam beribadah merupakan sesuatu hal yang wajib kita laksanakan. Dalam beribadah kita harus benar-benar memperhatikan dengan seksama setiap gerakan dan ucapan/bacaan serta doa. Sedangkan orang yang hatinya mulai diliputi oleh “penyakit” tidak akan mampu tekun dan memperhatikan apa yang dilakukannya dalam beriadah.
d.      Malas dalam ketaatan dan ibadah
Kalaupun ia beribadah, maka ibadah tersebut hanyalah sekedar rutinitas belaka, dan “kosong”. Masuk dalam kategori ini ialah perbuatan-perbuatan yang tidak dilakukan dengan mempedulikan nilai dari perbuatan tersebut atau meremehkan waktu-waktu yang tepat untuk melakukannya. Misalnya, melakukan sholat-sholat di akhir waktu, atau menunda-nunda haji padahal sudah ada kemampuan untuk melaksanakan.
e.       Perasaan gelisah dan resah karena masalah yang dihadapi
Masalah yang dihadapi akan menimbulkan perasaan gelisah dan resah, akibatnya timbul sikap berperasangka buruk terhadap Allah SWT karena  masalah yang dihadapi tak kunjung usai dan akan membuat seseorang malas beribadah. Hal inilah yang dapat memicu timbulnya penyakit hati pada seseorang.
f.       Lalai dalam dzikir, doa, amar ma’ruf dan nahi munkar
Seseorang yang lalai dalam berdzikir akanmerasakan rasa sesak dalam hatinya, hatinya tidak akan merasa tenang. Karena hanya dengan berdzikir atau mengingat kebesaran Allah lah hati akan terasa tenang dan tentram. Jika hati tidak tenang dan tentram akan mudah terkena penyakit hati.
Bara ghiroh dalam hati telah padam, tidak menyuruh kepada yang ma’ruf, tidak pula mencegah dari yang mungkar. Pada puncaknya, dia tidak mengetahui yang ma’ruf dan tidak mengetahui yang mungkar. Segala urusan dianggap sama tanpa mempertimbangkan apapun. Hal ini yang menyebabkan mudah timbulnya penyakit hati.
g.      Gila kehormatan dan popularitas
Termasuk di dalamnya, gila terhadap kedudukan ingin tampil sebagai pemimpin yang menonjol dan tidak dibarengi dengan kemampuan yang semestinya.“Sesunguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemiminan dan hal ini akan menjadi penyesalan pada hari kiamat.” (HR. Bukhori).
h.      Bakhil dan kikir atas hartanya
Allah SWT memuji orang-orang Anshor dengan firman-Nya: “… dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. al-Hasyr : 9) Rosulullah saw bahkan bersabda : “Tidaklah berkumpul pada hati seorang hamba selama-lamanya sifat kikir dan keimanan.” (HR. Nasai).
i.        Mengakui apa-apa yang tidak dilakukannya
Padahal penyakit ini yang menjadikan binasanya umat terdahulu. Alloh berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Alloh bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. ash-Shof : 2–3).

Selain Tanda-Tanda Penyakit Hati yang sudah disebutkan diatas ada pula  tanda-tanda yang lain.
1.      Kehilangan cinta yang tulus.
Orang yang mengidap penyakit hati tidak akan bisa mencintai orang lain dengan benar. Dia tidak mampu mencintai keluarganya dengan ikhlas. Orang seperti itu agak sulit untuk mencintai Nabi, apalagi mencintai Tuhan yang lebih abstrak. Karena ia tidak bisa mencintai dengan tulus, dia juga tidak akan mendapat kecintaan yang tulus dari orang lain. Sekiranya ada yang mencintainya dengan tulus, ia akan curiga akan kecintaan itu
2.      Kehilangan ketentraman dan ketenangan batin.
3.      Memiliki hati dan mata yang keras.
 Pengidap penyakit hati mempunyai mata yang sukar terharu dan hati yang sulit tersentuh.
4.      Kehilangan kekhusyukan dalam ibadat.
5.      Malas beribadat atau beramal.
6.      Senang melakukan dosa.
Dalam kitab Matsnawi, Rumi mengisahkan suatu negeri yang mengalami kekeringan yang panjang. Orang-orang salih dan para ulama berkumpul untuk melakukan salat istisqa namun hujan tidak turun juga. Karena hujan tidak turun, akhirnya para pendosa pun turut berkumpul di tanah lapang. Sebagai ahli maksiat, mereka tidak tahu bagaimana cara salat istisqa. Mereka hanya memukul genderang sambil mengucapkan puji- pujian dalam bahasa Persia yang terjemahannya berbunyi: Titik-titik hujan sangat indah untuk para pendosa.
Begitu juga kasih sayang Tuhan sangat indah untuk orang-orang durhaka. Mereka hanya mengulang-ulang kata-kata itu. Tiba-tiba, tanpa diduga, hujan turun dengan lebat. Hal ini terjadi karena orang-orang salih berdoa dengan seluruh zikir dan tasbihnya, sementara para pendosa berdoa dengan seluruh penyesalannya, dengan segala perasaan rendah diri di hadapan keagungan Tuhan. Para pentasbih menyentuh kemahabesaran Tuhan sementara para pendosa menyentuh kasih sayang Tuhan.
Orang yang berpenyakit hati merasakan kebahagiaan dalam melakukan dosa. Tidak ada perasaan bersalah yang mengganggu dirinya sama sekali. Sebuah doa dari Nabi saw berbunyi: "Ya Allah, jadikanlah aku orang yang apabila berbuat baik aku berbahagia dan apabila aku berbuat dosa, aku cepat-cepat beristighfar."
Dalam kitabnya Ihyâ `Ulûmuddîn, Al-Ghazali berbicara tentang tanda- tanda penyakit hati dan kiat-kiat untuk mengetahui penyakit hati tersebut. Ia menyebutkan sebuah doa yang isinya meminta agar kita diselamatkan dari berbagai jenis penyakit hati: "Ya Allah aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, nafsu yang tidak kenyang, mata yang tidak menangis, dan doa yang tidak diangkat."
Doa yang berasal dari hadis Nabi saw ini, menunjukkan tanda-tanda orang yang mempunyai penyakit hati. Dari keterangan pada doa di atas, kita bisa menyimpulkan ciri-ciri orang yang berpenyakit hati sebagai berikut:
1.    Memiliki ilmu yang tidak bermanfaat.
Ilmunya tidak berguna baginya dan tidak menjadikannya lebih dekat kepada Allah swt. Al-Quran menyebutkan orang yang betul- betul takut kepada Allah itu sebagai orang-orang memiliki ilmu: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang yang berilmu. Jika ada orang yang berilmu tapi tidak takut kepada Allah, berarti dia memiliki ilmu yang tidak bermanfaat.
2.    Mempunyai hati yang tidak bisa khusyuk.
Dalam menjalankan ibadah, ia tidak bisa mengkhusyukkan hatinya sehingga tidak bisa menikmati ibadahnya. Ibadah menjadi sebuah kegiatan rutin yang tidak mempengaruhi perilakunya sama sekali. Tanda lahiriah dari orang yang hatinya tidak khusyuk adalah matanya sulit menangis. Nabi saw menyebutnya sebagai jumûd al-`ain (mata yang beku dan tidak bisa mencair). Di dalam Al-Quran, Allah menyebut manusia-manusia yang salih sebagai mereka yang seringkali terhempas dalam sujud dan menangis terisak-isak.
Di antara sahabat-sahabat Nabi, terdapat sekelompok orang yang disebut al-bakâun (orang-orang yang selalu menangis) karena setiap kali Nabi berkhutbah, mereka tidak bisa menahan tangisannya. Dalam sebuah riwayat, para sahabat bercerita: Suatu hari, Nabi Saw menyampaikan nasihat kepada kami. Berguncanglah hati kami dan berlinanglah air mata kami. Kami lalu meminta, "Ya Rasulallah, seakan-akan ini khutbahmu yang terakhir, berilah kami tambahan wasiat." Kemudian Nabi saw bersabda, "Barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku, kalian akan menyaksikan pertengkaran di antara kaum muslimin yang banyak ..." Dalam riwayat lain, Nabi saw bersabda: "Hal pertama yang akan dicabut dari umat ini adalah tangisan karena kekhusyukan."
3.    Memiliki nafsu yang tidak pernah kenyang.
Ia memendam ambisi yang tak pernah habis, keinginan yang terus menerus, serta keserakahan yang takkan terpuaskan.
4.    Doanya tidak diangkat dan didengar Tuhan.
Di antara taubat yang tidak diterima Allah ialah taubat orang yang tidak pernah merasa perlu untuk bertaubat karena tak merasa berbuat dosa. Kali pertama seseorang melakukan dosa, ia akan merasa bersalah. Tetapi saat ia mengulanginya untuk kedua kali, rasa bersalah itu akan berkurang. Setelah ia berulang kali melakukan maksiat, ia akan mulai menyenangi kemaksiatan itu. Bahkan ia menjadi ketagihan untuk berbuat maksiat terus menerus. Ini menandakan orang tersebut sudah berada dalam kategori firman Allah: "Dalam hatinya ada penyakit lalu Allah tambahkan penyakitnya." (QS. Al-Baqarah: 10).



Ø  Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Hati
Ada suatu penyakit yang lebih berbahaya dari semua penyakit jasmani. Sungguh suatu kerugian bila seorang di timpa suatu penyakit tapi ia sendiri tidak menyadarinya. Penyakit ini mudah sekali menular dan mudah tertanam dalam tubuh dan tidak menutup kemungkinan kita mengidap penyakit yang sangat berbahaya itu. Adapun faktor Penyebab Timbulnya Penyakit Hati ialah:
a)      Sebab penyakit hati pertama, berbuat syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Syirik adalah jika seorang menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ibadah kepada-Nya. Di samping dia beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dia juga beribadah kepada selain Allah. Perbuatan syirik adalah perbuatan yang sangat tercela dan terlaknat. Orang yang terkena penyakit ini ia akan menjalani hidupnya di dunia ini dengan iman dan aqidah yang cacat, hatinya akan selalu sakit, semua yang dilakukannya hanya berkisar nafsu belaka, dia tidak akan mengenal agama Islam ini dengan baik, sebaliknya dia akan mendapatkan kesedihan, perasaan takut, dan kehancuran, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati orang-orang yang berbuat syirik kedudukannya lebih rendah dari binatang-binatang ternak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS. Al-Furqan: 44)
b)      Sebab penyakit hati kedua, perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apabila kemaksiatan sudah bertumpuk dalam hati seseorang, maka dia akan menghalangi pandangan hati sehingga dia tidak dapat melihat, menyadari, memahami serta berfikir tentang ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika maksiat telah berkumpul dalam hatinya, maka dia akan mencengkramnya sehingga hatinya tidak menyenangi kebaikan dan tidak mau berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu yang paling menyedihkan ia akan dikuasai oleh hawa nafsurnya yang jahat, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya dijuurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al-A’raf: 176)
c)      Sebab penyakit hati ketiga adalah kelalaian dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Manusia yang lengah akan terkejut tatkala mendengar dzikir atau nasihat dari seseorang, meskipun dia seorang penuntut ilmu, apalagi orang awam Hal ini disebabkan kelalaian dari merenungi ayat-ayat-Nya sehingga setan masuk melalui peredaran darahnya menuju hatinya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa mengingatkan hal ini sebagaimana dalam firman-Nya,
“Dan telah dekat kedatangan janji yang benar (hari berbangkit). Maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (mereka berkata): “Aduhai, celakalah Kami, Sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya: 97)
Orang yang lengah atau lalai diibaratkan seperti orang yang masuk ke dalam masjid lalu setan menekannya sehingga orang tersebut tidak berdzikir kepada Allah sedikit pun, seperti orang yang datang ke sebuah majelis ta’lim dia malah tertidur atau memikirkan hal-hal dunia, sehingga ia tidak memahami isi dari kajian tersebut. Kelengahan menyerang hati seseorang, sehingga membuatnya berpaling dari taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak senang berdzikir, tidak senang mendengar suatu kebaikan dan tidak mau mendekat kepada ahli dzikir yaitu para ulama.
d)     Sebab penyakit hati keempat adalah berpaling dari mempeajari ilmu agama, mendalami, dan mempelajari sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pada zaman sekarang ini, kita sering mendapati orang lebih faham ilmu dunia daripada ilmu agama, bahkan masalah-masalah yang ringan dalam agama mereka tidak mengetahuinya, tata-cara berwudhu atau mandi sesuai sunah atau yang lebih sederhana dari pada itu mereka tidak memahaminya, mereka lebih mendahulukan urusan dunia yang fana ini.
Kemudian ada sebagian kaum muslimin yang berpaling dari membaca dan memahami Alquran dan al-Hadis, sehingga hati mereka terjangkit suatu penyakit berbahaya. Reaita membuktikan pada zaman sekarang ini, banyak para pemuda muslim yang buta akan huruf Alquran dan tidak bisa membacanya. Mereka enggan belajar ilmu agama Islam yang benar, yang digali dari Alquran dan sunah berdasarkan pemahaman para pendahulu mereka yang shaleh seperti para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka lebih menyukai mempelajari buku-buku hasil karya musuh-musuh Islam, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,
”Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, ‘Ya Robbku, mengapa Engkau menghimpunkan akud alam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?’ Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” (QS. Toha: 124-126).

e)      Sebab penyakit hati kelima, sibuk dengan urusan dunia dan mengabaikan agama.
Apabila seorang telah terjangkit penyakit ini, maka waktu-waktunya, baik siang atau malam ia habiskan untuk mengejar dunianya, pikirannya terfokus agar tercapai semua keinginannya. Adapun akhirat mereka kesampingkan sehingga tidak heran kalau kita dapati di masjid-masjid kaum muslimin ketika khutbah Jumat mereka tertidur, tidak memperhatikan dan mendengarkan khutbah, padahal mendengarkan dua khutbah tersebut hukumnya wajib, yang demikian karena mereka telah kelelahan dengan urusannya. Kalaupun mata mereka tidak tertidur pikirannyalah yang terbang melayang bersama angan-angan dan lamunannya. Naudzubillah. Kita khawatir inilah sifat yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa ia termasuk orang-orang yang lari dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam Alquran Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang-orang yang lalai hati kita dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mudah-mudahan Allah menolong kita sehingga senantiasa kita dapat menghindari penyebab-penyebab sakit hati tersebut dan senantiasa diberikan petunjuk dan hidayah-Nya. Amin.

KESIMPULAN
Ø  Kesimpulan
Setiap anggota tubuh diciptakan mempunyai fungsi tertentu. Maka ia akan disebut sakit jika tak lagi memiliki kemampuan untuk melaksanakan fungsinya. Baik secara keseluruhan atau sebagian saja.
Demikian pula penyakit hati, menyebabkan hati tak mampu melaksanakan fungsinya yang khas, yang memang ia diciptakan untuknya. Yiutu pengetahuan, hkimah, ma’rifah, cinta kepada Allah, beribadah untuk dan kepadaNya merasakan kenikmatan ketika mengingatNya sera mengerahkan semua jiwa dan anggota tubuh untuk melaksanakannya. Hati itu dapat hidup dan dapat mati, sehat dan sakit. Dalam hal ini, ia lebih penting dari pada tubuh. Allah berfirman, artinya: "Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya." (Al-An'am : 122) 
Artinya : ia mati karena kekufuran, lalu Kami hidupkan kembali dengan keimanan. Hati yang hidup dan sehat, apabila ditawari kebatilan dan hal-hal yang buruk, dengan tabi'at dasarnya ia pasti menghindar, membenci dan tidak akan menolehnya. Lain halnya dengan hati yang mati. Ia tak dapat membedakan yang baik dan yang buruk.


Daftar Pustaka

Al Ghozali, Mutiara Ihya’ Ulumuddin, 1990, Mizan : Bandung.
Al Ghozali, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia, 1994, Kharisma : Bandung.
Mustofa, Ahmad, Akhlak Tasawuf, 2005, Pustaka Setia : Bandung.




0 comments:

Post a Comment