PENYAKIT HATI
Ø Pengertian
Penyakit Hati
Setiap
anggota tubuh diciptakan mempunyai fungsi tertentu. Maka ia akan disebut sakit
jika tak lagi memiliki kemampuan untuk melaksanakan fungsinya. Baik secara
keseluruhan atau sebagian saja.
Demikian
pula penyakit hati, menyebabkan hati tak mampu melaksanakan fungsinya yang
khas, yang memang ia diciptakan untuknya. Yaitu pengetahuan, hikmah,
ma’rifah, cinta kepada Allah, beribadah untuk dan kepadaNya merasakan
kenikmatan ketika mengingatNya serta mengerahkan semua jiwa dan anggota
tubuh untuk melaksanakannya.
Penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat.
Keduanya tersebut ada dalam Al-Qur'an. Allah berfirman, artinya: "Maka janganlah kamu tunduk dalam
berbicara (melembut-lembutkan bicara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya." (Al-Ahzab:32) Ini yang disebut penyakit
syahwat.
Allah
juga berfirman, artinya: "Dan adapun
orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah
kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)."
(At-Taubah : 125).
Penyakit
di sini adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit
syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya
sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau
Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya.
Setiap
manusia tentu memiliki hati. Hati inilah yang mempengaruhi tabiat dan sifat
seseorang. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Muhammad saw: “Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad
ada sekerat daging, apabila dia baik maka baik seluruh anggota jasad, apabila
dia jelek maka jelek semua anggota jasad, ketahuilah dialah hati.” (HR.
Bukhori)
Perubahan
sifat yang ada dalam hati ini terjadi dengan sangat cepat. Semua itu terjadi
semata karena kekuasaan yang dimilii Allah SWT. Dia-lah yang membolak-balikkan
hati manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Perhatikan sabda Rasulullah saw
berikut :
·
“Dinamakan
hati (al-qolbu) karena cepatnya berubah.”(HR. Ahmad)
·
“Perumpamaan
hati adalah seperti sebuah bulu di tanah lapang yang diubah oleh hembusan angin
dalam keadaan terbalik.” (HR. Ibnu Abi Ashim)
·
“Sesungguhnya
hati-hati anak Adam berada di antara dua jari-jari Alloh layaknya satu hati,
Dia mengubah menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim)
·
“Ya Alloh,
Dzat yang membolak-balikkan hati, condongkanlah hati kami untuk selalu taat
kepada-Mu.” (HR. Muslim)
Meskipun
demikian, kita harus terus berupaya untuk menjaga hati kita agar tidak terkena
penyakit hati, yang menyebabkab kita tersesat dari jalan yang diridhoi Allah
SWT.
Di antara fungsi hati, menurut Al-Ghazali, adalah
untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.. Tuhan berkata dalam sebuah hadis
Qudsi: Langit dan bumi tidak dapat
meliputi-Ku. Hanya hati manusia yang dapat meliputi -Ku. Dalam hadis Qudsi
lain, Tuhan berkata: "Hai anak Adam,
Aku telah menciptakan taman bagimu, dan sebelum kamu bisa masuk ke taman
ciptaan-Ku, Aku usir setan dari dalamnya. Dan dalam dirimu ada hati, yang
seharusnya menjadi taman yang engkau sediakan bagi-Ku."
Hadis ini menunjukkan bahwa fungsi hati adalah untuk
mengenal Tuhan, mencintai Tuhan, menemui Tuhan, dan pada tingkat tertentu,
melihat Tuhan atau berjumpa dengan-Nya. Hati yang berpenyakit ditandai dengan
tertutupnya mata batin kita dari penglihatan-penglihatan ruhaniah.
Demikian pula sebaliknya, penyakit fisik dapat
menimbulkan gangguan jiwa. Orang yang sakit terus menerus, sudah berobat ke
mana-mana, tetapi belum sembuh, juga bisa mengalami penyakit jiwa. Orang
tersebut boleh jadi cepat tersinggung, mudah marah, dan sebagainya.
Salah satu di antara penyakit jiwa adalah perasaan
cemas takut akan sesuatu yang tidak
jelas. Ada dua macam ketakutan; Pertama,
takut kepada sesuatu yang terlihat, misalnya ketakutan pada harimau. Kedua, takut kepada sesuatu yang
abstrak, umpamanya seorang istri yang takut suaminya akan berbuat macam-macam.
Para psikolog menyebut ketakutan seperti ini sebagai anxiety.
Ø Macam-macam
Penyakit Hati
1. Iri
Hati
Iri
hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang
didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati
yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan,
seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian
hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran.
2. Dengki
Timbulnya
dengki karena iri hati, dan Iri hati sendiri adalah akibat dari kemarahan.
Dengki tidak dapat dipisahkan dengan kemarahan. Sebab kemarahan adalah sumber
dari kedengkian. Rasulullah bersabda “Dengki
itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”.
Dengki
itu muncul mkarena adanya kenikmatan dari Allah yang diberikan kepada
seseorang. Karena melihat temannya mendapatkan kenikmatan dari Allah swt, maka
hatinya timbul kedengkian.
Kedengkian
terhadap kenikmatan itu ada dua macam. Kadang-kadang seseorang merasa benci
kepada kenikmatan yang dirasakan orang lain. Ia kemudian berharap kenikmatan
itu lepas dari tangan orang yang bersangkutan. Sifat yang demikian disebut
dengki.
Sedangkan
jika seseorang tidak membenci kenikmatan yang dirasakan orang lain, namun ia
ingin seperti orang yang mendapatkan kenikmatan, maka hali itu disebut iri atau
ghitbhah. Allah swt berfirman “ jika kamu
mendapatkan kenikmatan, niscaya bersedih hati dan jika kamu mendapatkan
bencana, maka mereka bergembira” QS : Ali Imron
3. Hasut
/ Hasud / Provokasi
Hasud
adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar
amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah
persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar
sesama.
4. Fitnah
Fitnah
lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai,
merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga
dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat.
x
5. Buruk
Sangka
Buruk
sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa
disertai bukti yang jelas.
6. Khianat
/ Hianat
Hianat
adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan
yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan
mengobral janji. Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah
berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan
dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.
Rasulullah
saw bersabda “ Tanda-tanda orang munafik
ada tiga : jika berkata ia berdusta, jika dipercaya ia mengingkari, dan jika
nerjanji ia berkhianat ”.
7. Marah
Marah
adalah nyala api yang berasal dari neraka Allah SWT. Dinyalakan sampai naik
kehatu sehingga sifat marah itu berada dilipatan hati, seperti bara api yang
tersembunyi di dalam hati.
Dari
ibnu mas’ud ra. Bahwa suatu ketika
rasulullah bertanya kepada para sahabat, “menurutmu, apa orang yang ahli gulat
itu?” mereka menjawab,”orang yang tidak dapat dirobohkan oleh musuhnya”. Nabi
SAW bersabda , “bukan itu maksudnya, orang yang kuat adalah orang yang dapat
menahan hawa nafsunya ketika marah”
Dari
Umar ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda, “barang siapa menahan kemarahannya,
maka Allah menutupi keburukannya ”.
8. Riya’
Orang
yang memiliki sifat riya’ akan dilaknat oleh Allah swt dengan kutukan yang
sangat keras. Sebagaimana firman Allah “
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, yaitu orang-orang yang lalai
dari sholatnya; orang-orang yang berbuat riya”
Rasulullah
saw bersabda, “ Sesungguhnya yang paling
kutakuti kepadamu adalah syirik kecil” sahabat bertanya,“ Apakah Syirik kecil itu wahai
Rasululluh?”. Rasulullah saw menjawab. “ Riya”.
Selain
itu Rasulullah pernah berpesan dalam hadis lain, “ Berlindunglah kamu dari telaga kesedihan ! ”. Sahabat bertanya, “ apakah itu Wahai Rasulullah? ”
Rasulullah saw menjawab, “ yaitu lembah
dineraka yang disediakan bagi orang-orang yang membaca Al Qur’an tetapi riya’
”.
9. Sombong
dan ujub
Sesungguhnya orang
yang sombong dan ujub (membanggakan diri sendiri) adalah orang yang sedang
menderita penyakit dan akan dikutuk oleh Allah akibat sifatnya itu. Rasulullah
bersabda “ Tiga perkara yang dapat
membinasakan yaitu kikir yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman
seseorang pada dirinya (ujub) ”.
Allah swt berfirman :
“ Kesombongan itu kain selendangKu,
kebesaran itu kain sarungKu. Barang siapa melawan Aku pada kedua sifat itu
niscaya Aku pecahkan dia”.
Penyakit hati menimbukan gangguan psikologis dan
gangguan psikologis berpengaruh pada kesehatan fisik. Contoh penyakit hati
adalah dengki, iri hati, dan dendam kepada orang lain. Dendam adalah rasa marah
yang kita simpan jauh di dalam hati kita sehingga menggerogoti hati kita.
Akibat dari menyimpan dendam, kita menjadi stres berkepanjangan. Adapun akibat
dari iri hati ialah kehilangan perasaan tentram. Orang yang iri hati tidak bisa
menikmati kehidupan yang normal karena hatinya tidak pernah bisa tenang sebelum
melihat orang lain mengalami kesulitan. Dia melakukan berbagai hal untuk
memuaskan rasa iri hatinya. Bila ia gagal, ia akan jatuh kepada frustrasi.
Imam
Ali berkata, "Tidak ada orang zalim
yang menzalimi orang lain sambil sekaligus menzalimi dirinya sendiri, selain
orang yang dengki."
Ø Tanda-Tanda
Penyakit Hati
Penyakit-penyakit
hati tersebut dapat diketahui dengan melihat perilaku yang ditampilkan oleh
seseorang dalam kesehariannya. Perilaku yang mencerminkan rusak dan sakitnya hati
seseorang diantaranya adalah:
a.
Melakukan kedurhakaan dan dosa
Di
antara manusia ada yang melakukan kedurhakaan terus-menerus dalam satu jenis
perbuatan. Ada pula yang melakukan dalam beberapa jenis bahkan semuanya
dilakukan dengan terang-terangan, padahal Rosululloh bersabda: “Setiap umatku akan terampuni kecuali mereka
yang melakukan kedurhakaan secara terang- terangan.” (HR. Bukhori)
b.
Merasakan kekerasan dan kekakuan hati
Keras
dan kakunya hati seseorang membuat orang itu tidak memiliki sensitifitas terhadap
masalah-masalah yang menimpa saudaranya sesame muslim. Hal ini karena ia tidak
akan mampu dipengaruhi oleh apapun juga, dan hanya akan bertumpu pada keinginan
pribadinya.
c.
Tidak tekun beribadah
Ketekunan
dalam beribadah merupakan sesuatu hal yang wajib kita laksanakan. Dalam
beribadah kita harus benar-benar memperhatikan dengan seksama setiap gerakan
dan ucapan/bacaan serta doa. Sedangkan orang yang hatinya mulai diliputi oleh
“penyakit” tidak akan mampu tekun dan memperhatikan apa yang dilakukannya dalam
beriadah.
d.
Malas dalam ketaatan dan ibadah
Kalaupun
ia beribadah, maka ibadah tersebut hanyalah sekedar rutinitas belaka, dan
“kosong”. Masuk dalam kategori ini ialah perbuatan-perbuatan yang tidak
dilakukan dengan mempedulikan nilai dari perbuatan tersebut atau meremehkan
waktu-waktu yang tepat untuk melakukannya. Misalnya, melakukan sholat-sholat di
akhir waktu, atau menunda-nunda haji padahal sudah ada kemampuan untuk
melaksanakan.
e.
Perasaan gelisah dan resah karena masalah yang
dihadapi
Masalah yang dihadapi akan
menimbulkan perasaan gelisah dan resah, akibatnya timbul sikap berperasangka
buruk terhadap Allah SWT karena masalah
yang dihadapi tak kunjung usai dan akan membuat seseorang malas beribadah. Hal
inilah yang dapat memicu timbulnya penyakit hati pada seseorang.
f.
Lalai dalam dzikir, doa, amar ma’ruf dan nahi munkar
Seseorang yang lalai dalam
berdzikir akanmerasakan rasa sesak dalam hatinya, hatinya tidak akan merasa
tenang. Karena hanya dengan berdzikir atau mengingat kebesaran Allah lah hati
akan terasa tenang dan tentram. Jika hati tidak tenang dan tentram akan mudah
terkena penyakit hati.
Bara
ghiroh dalam hati telah padam, tidak menyuruh kepada yang ma’ruf, tidak pula
mencegah dari yang mungkar. Pada puncaknya, dia tidak mengetahui yang ma’ruf
dan tidak mengetahui yang mungkar. Segala urusan dianggap sama tanpa
mempertimbangkan apapun. Hal ini yang menyebabkan mudah timbulnya penyakit
hati.
g.
Gila kehormatan dan popularitas
Termasuk
di dalamnya, gila terhadap kedudukan ingin tampil sebagai pemimpin yang
menonjol dan tidak dibarengi dengan kemampuan yang semestinya.“Sesunguhnya kamu sekalian akan berhasrat
mendapatkan kepemiminan dan hal ini akan menjadi penyesalan pada hari kiamat.”
(HR. Bukhori).
h.
Bakhil dan kikir atas hartanya
Allah
SWT memuji orang-orang Anshor dengan firman-Nya: “… dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka
sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. al-Hasyr
: 9) Rosulullah saw bahkan bersabda : “Tidaklah
berkumpul pada hati seorang hamba selama-lamanya sifat kikir dan keimanan.”
(HR. Nasai).
i.
Mengakui apa-apa yang tidak dilakukannya
Padahal
penyakit ini yang menjadikan binasanya umat terdahulu. Alloh berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah
kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi
Alloh bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS.
ash-Shof : 2–3).
Selain Tanda-Tanda Penyakit Hati yang sudah
disebutkan diatas ada pula tanda-tanda
yang lain.
1. Kehilangan
cinta yang tulus.
Orang
yang mengidap penyakit hati tidak akan bisa mencintai orang lain dengan benar.
Dia tidak mampu mencintai keluarganya dengan ikhlas. Orang seperti itu agak
sulit untuk mencintai Nabi, apalagi mencintai Tuhan yang lebih abstrak. Karena
ia tidak bisa mencintai dengan tulus, dia juga tidak akan mendapat kecintaan
yang tulus dari orang lain. Sekiranya ada yang mencintainya dengan tulus, ia
akan curiga akan kecintaan itu
2. Kehilangan
ketentraman dan ketenangan batin.
3. Memiliki
hati dan mata yang keras.
Pengidap penyakit hati mempunyai mata yang
sukar terharu dan hati yang sulit tersentuh.
4. Kehilangan
kekhusyukan dalam ibadat.
5. Malas
beribadat atau beramal.
6. Senang
melakukan dosa.
Dalam
kitab Matsnawi, Rumi mengisahkan suatu negeri yang mengalami kekeringan yang
panjang. Orang-orang salih dan para ulama berkumpul untuk melakukan salat
istisqa namun hujan tidak turun juga. Karena hujan tidak turun, akhirnya para
pendosa pun turut berkumpul di tanah lapang. Sebagai ahli maksiat, mereka tidak
tahu bagaimana cara salat istisqa. Mereka hanya memukul genderang sambil
mengucapkan puji- pujian dalam bahasa Persia yang terjemahannya berbunyi:
Titik-titik hujan sangat indah untuk para pendosa.
Begitu
juga kasih sayang Tuhan sangat indah untuk orang-orang durhaka. Mereka hanya
mengulang-ulang kata-kata itu. Tiba-tiba, tanpa diduga, hujan turun dengan
lebat. Hal ini terjadi karena orang-orang salih berdoa dengan seluruh zikir dan
tasbihnya, sementara para pendosa berdoa dengan seluruh penyesalannya, dengan
segala perasaan rendah diri di hadapan keagungan Tuhan. Para pentasbih
menyentuh kemahabesaran Tuhan sementara para pendosa menyentuh kasih sayang
Tuhan.
Orang
yang berpenyakit hati merasakan kebahagiaan dalam melakukan dosa. Tidak ada
perasaan bersalah yang mengganggu dirinya sama sekali. Sebuah doa dari Nabi saw
berbunyi: "Ya Allah, jadikanlah aku
orang yang apabila berbuat baik aku berbahagia dan apabila aku berbuat dosa,
aku cepat-cepat beristighfar."
Dalam
kitabnya Ihyâ `Ulûmuddîn, Al-Ghazali berbicara tentang tanda- tanda penyakit
hati dan kiat-kiat untuk mengetahui penyakit hati tersebut. Ia menyebutkan
sebuah doa yang isinya meminta agar kita diselamatkan dari berbagai jenis
penyakit hati: "Ya Allah aku
berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk,
nafsu yang tidak kenyang, mata yang tidak menangis, dan doa yang tidak
diangkat."
Doa
yang berasal dari hadis Nabi saw ini, menunjukkan tanda-tanda orang yang
mempunyai penyakit hati. Dari keterangan pada doa di atas, kita bisa
menyimpulkan ciri-ciri orang yang berpenyakit hati sebagai berikut:
1. Memiliki
ilmu yang tidak bermanfaat.
Ilmunya
tidak berguna baginya dan tidak menjadikannya lebih dekat kepada Allah swt.
Al-Quran menyebutkan orang yang betul- betul takut kepada Allah itu sebagai
orang-orang memiliki ilmu: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya ialah orang yang berilmu. Jika ada orang yang berilmu tapi
tidak takut kepada Allah, berarti dia memiliki ilmu yang tidak bermanfaat.
2. Mempunyai
hati yang tidak bisa khusyuk.
Dalam
menjalankan ibadah, ia tidak bisa mengkhusyukkan hatinya sehingga tidak bisa
menikmati ibadahnya. Ibadah menjadi sebuah kegiatan rutin yang tidak
mempengaruhi perilakunya sama sekali. Tanda lahiriah dari orang yang hatinya
tidak khusyuk adalah matanya sulit menangis. Nabi saw menyebutnya sebagai jumûd
al-`ain (mata yang beku dan tidak bisa mencair). Di dalam Al-Quran, Allah
menyebut manusia-manusia yang salih sebagai mereka yang seringkali terhempas
dalam sujud dan menangis terisak-isak.
Di
antara sahabat-sahabat Nabi, terdapat sekelompok orang yang disebut al-bakâun
(orang-orang yang selalu menangis) karena setiap kali Nabi berkhutbah, mereka
tidak bisa menahan tangisannya. Dalam sebuah riwayat, para sahabat bercerita:
Suatu hari, Nabi Saw menyampaikan nasihat kepada kami. Berguncanglah hati kami
dan berlinanglah air mata kami. Kami lalu meminta, "Ya Rasulallah, seakan-akan ini khutbahmu yang terakhir, berilah
kami tambahan wasiat." Kemudian Nabi saw bersabda, "Barangsiapa di antara kalian yang
hidup sepeninggalku, kalian akan menyaksikan pertengkaran di antara kaum
muslimin yang banyak ..." Dalam riwayat lain, Nabi saw bersabda: "Hal pertama yang akan dicabut dari
umat ini adalah tangisan karena kekhusyukan."
3. Memiliki
nafsu yang tidak pernah kenyang.
Ia
memendam ambisi yang tak pernah habis, keinginan yang terus menerus, serta
keserakahan yang takkan terpuaskan.
4. Doanya
tidak diangkat dan didengar Tuhan.
Di
antara taubat yang tidak diterima Allah ialah taubat orang yang tidak pernah
merasa perlu untuk bertaubat karena tak merasa berbuat dosa. Kali pertama
seseorang melakukan dosa, ia akan merasa bersalah. Tetapi saat ia mengulanginya
untuk kedua kali, rasa bersalah itu akan berkurang. Setelah ia berulang kali
melakukan maksiat, ia akan mulai menyenangi kemaksiatan itu. Bahkan ia menjadi
ketagihan untuk berbuat maksiat terus menerus. Ini menandakan orang tersebut
sudah berada dalam kategori firman Allah: "Dalam
hatinya ada penyakit lalu Allah tambahkan penyakitnya." (QS.
Al-Baqarah: 10).
Ø Faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya Penyakit Hati
Ada
suatu penyakit yang lebih berbahaya dari semua penyakit jasmani. Sungguh suatu
kerugian bila seorang di timpa suatu penyakit tapi ia sendiri tidak
menyadarinya. Penyakit ini mudah sekali menular dan mudah tertanam dalam tubuh
dan tidak menutup kemungkinan kita mengidap penyakit yang sangat berbahaya itu.
Adapun faktor Penyebab Timbulnya Penyakit Hati ialah:
a)
Sebab penyakit hati pertama, berbuat syirik kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Syirik adalah
jika seorang menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ibadah kepada-Nya. Di
samping dia beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dia juga beribadah
kepada selain Allah. Perbuatan syirik adalah perbuatan yang sangat tercela dan
terlaknat. Orang yang terkena penyakit ini ia akan menjalani hidupnya di dunia
ini dengan iman dan aqidah yang cacat, hatinya akan selalu sakit, semua yang
dilakukannya hanya berkisar nafsu belaka, dia tidak akan mengenal agama Islam
ini dengan baik, sebaliknya dia akan mendapatkan kesedihan, perasaan takut, dan
kehancuran, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati orang-orang yang berbuat
syirik kedudukannya lebih rendah dari binatang-binatang ternak. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
“Atau apakah
kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu
tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS. Al-Furqan: 44)
b)
Sebab penyakit hati kedua, perbuatan maksiat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apabila
kemaksiatan sudah bertumpuk dalam hati seseorang, maka dia akan menghalangi
pandangan hati sehingga dia tidak dapat melihat, menyadari, memahami serta
berfikir tentang ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika maksiat telah
berkumpul dalam hatinya, maka dia akan mencengkramnya sehingga hatinya tidak
menyenangi kebaikan dan tidak mau berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
lalu yang paling menyedihkan ia akan dikuasai oleh hawa nafsurnya yang jahat,
sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan kalau Kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia
cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka
perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya dijuurkannya lidahnya dan
jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah
perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah
(kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al-A’raf:
176)
c)
Sebab penyakit hati ketiga adalah kelalaian dari
berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Manusia
yang lengah akan terkejut tatkala mendengar dzikir atau nasihat dari seseorang,
meskipun dia seorang penuntut ilmu, apalagi orang awam Hal ini disebabkan
kelalaian dari merenungi ayat-ayat-Nya sehingga setan masuk melalui peredaran
darahnya menuju hatinya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa
mengingatkan hal ini sebagaimana dalam firman-Nya,
“Dan telah dekat kedatangan janji yang benar (hari
berbangkit). Maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (mereka
berkata): “Aduhai, celakalah Kami, Sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian
tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya:
97)
Orang
yang lengah atau lalai diibaratkan seperti orang yang masuk ke dalam masjid
lalu setan menekannya sehingga orang tersebut tidak berdzikir kepada Allah
sedikit pun, seperti orang yang datang ke sebuah majelis ta’lim dia malah
tertidur atau memikirkan hal-hal dunia, sehingga ia tidak memahami isi dari
kajian tersebut. Kelengahan menyerang hati seseorang, sehingga membuatnya
berpaling dari taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak senang berdzikir,
tidak senang mendengar suatu kebaikan dan tidak mau mendekat kepada ahli dzikir
yaitu para ulama.
d)
Sebab penyakit hati keempat adalah berpaling dari
mempeajari ilmu agama, mendalami, dan mempelajari sunah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Pada
zaman sekarang ini, kita sering mendapati orang lebih faham ilmu dunia daripada
ilmu agama, bahkan masalah-masalah yang ringan dalam agama mereka tidak
mengetahuinya, tata-cara berwudhu atau mandi sesuai sunah atau yang lebih
sederhana dari pada itu mereka tidak memahaminya, mereka lebih mendahulukan urusan
dunia yang fana ini.
Kemudian
ada sebagian kaum muslimin yang berpaling dari membaca dan memahami Alquran dan
al-Hadis, sehingga hati mereka terjangkit suatu penyakit berbahaya. Reaita
membuktikan pada zaman sekarang ini, banyak para pemuda muslim yang buta akan
huruf Alquran dan tidak bisa membacanya. Mereka enggan belajar ilmu agama Islam
yang benar, yang digali dari Alquran dan sunah berdasarkan pemahaman para
pendahulu mereka yang shaleh seperti para sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Mereka lebih menyukai mempelajari buku-buku hasil karya
musuh-musuh Islam, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,
”Dan barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, ‘Ya Robbku,
mengapa Engkau menghimpunkan akud alam keadaan buta, padahal aku dahulunya
adalah seorang yang melihat?’ Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang
kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari
ini kamu pun dilupakan.” (QS. Toha: 124-126).
e)
Sebab penyakit hati kelima, sibuk dengan urusan
dunia dan mengabaikan agama.
Apabila
seorang telah terjangkit penyakit ini, maka waktu-waktunya, baik siang atau
malam ia habiskan untuk mengejar dunianya, pikirannya terfokus agar tercapai
semua keinginannya. Adapun akhirat mereka kesampingkan sehingga tidak heran
kalau kita dapati di masjid-masjid kaum muslimin ketika khutbah Jumat mereka
tertidur, tidak memperhatikan dan mendengarkan khutbah, padahal mendengarkan
dua khutbah tersebut hukumnya wajib, yang demikian karena mereka telah
kelelahan dengan urusannya. Kalaupun mata mereka tidak tertidur pikirannyalah
yang terbang melayang bersama angan-angan dan lamunannya. Naudzubillah. Kita
khawatir inilah sifat yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa ia
termasuk orang-orang yang lari dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam Alquran Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran
ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
Mudah-mudahan
kita tidak termasuk orang-orang yang lalai hati kita dari berdzikir kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mudah-mudahan Allah menolong kita sehingga
senantiasa kita dapat menghindari penyebab-penyebab sakit hati tersebut dan
senantiasa diberikan petunjuk dan hidayah-Nya. Amin.
KESIMPULAN
Ø Kesimpulan
Setiap anggota tubuh diciptakan
mempunyai fungsi tertentu. Maka ia akan disebut sakit jika tak lagi memiliki
kemampuan untuk melaksanakan fungsinya. Baik secara keseluruhan atau sebagian
saja.
Demikian
pula penyakit hati, menyebabkan hati tak mampu melaksanakan fungsinya yang
khas, yang memang ia diciptakan untuknya. Yiutu pengetahuan, hkimah, ma’rifah,
cinta kepada Allah, beribadah untuk dan kepadaNya merasakan kenikmatan ketika
mengingatNya sera mengerahkan semua jiwa dan anggota tubuh untuk
melaksanakannya. Hati itu dapat hidup dan dapat mati, sehat dan sakit. Dalam
hal ini, ia lebih penting dari pada tubuh. Allah berfirman, artinya: "Dan apakah orang yang sudah mati kemudian
dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan
cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa
dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak
dapat keluar dari padanya." (Al-An'am : 122)
Artinya
: ia mati karena kekufuran, lalu Kami hidupkan kembali dengan keimanan. Hati
yang hidup dan sehat, apabila ditawari kebatilan dan hal-hal yang buruk, dengan
tabi'at dasarnya ia pasti menghindar, membenci dan tidak akan menolehnya. Lain
halnya dengan hati yang mati. Ia tak dapat membedakan yang baik dan yang buruk.
Daftar Pustaka
Al
Ghozali, Mutiara Ihya’ Ulumuddin,
1990, Mizan : Bandung.
Al Ghozali, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak
Mulia, 1994, Kharisma : Bandung.
Mustofa, Ahmad, Akhlak Tasawuf, 2005, Pustaka
Setia : Bandung.
0 comments:
Post a Comment